Walisongo: Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) | KHALIFAH

About

penaja 1

9 June 2014

Walisongo: Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)



Cerita sunan Ampel
– Menurut buku kisah teladan wali songo, di samarqand, ada seorang ulama besar bernama syekh Jamaluddin jumadil kubra, seorang ahlussunnah bermadzhab Syafi’i. Ia mempunyai putrai bernama ibrahim yang kemudian mendapat tambahan nama samarqandi karena berasal dari samarqand. Orang jawa sangat sukar mengucapkan samarqandi, maka mereka henya menyebutnya sebagai syekh ibrahim asmarakandi.

Syekh Ibrahim asmarakandi ini diperintah oleh ayahnya, syekh jamaluddin jumadil kubra, untuk berdakwah ke negara-negara asia. Perintah ini pun dilaksanakan, lalu ia diambil menantu oleh raja cempa di muangthai. Ia dijodohkan dengan putri raja cempa yang bernama dewi candrawulan.

Dari perkawinannya dengan dewi candrawulan, lahirlah dua orang putra, yaitu raden Ali Rahmatullah atau sayyid ali rahmatullah dan raden santri atau sayyid ali murtadho. Sementara itu, adik dewi candrawulan yang bernama dewi dwarawati dipersunting oleh prabu brawijaya dari majapahit. Dengan demikian, raden rahmatullah masih keponakan raju majapahit dan tergolong putra bangsawan atau pangeran kerajaan.

Raja majapahit sangat senang mendapat istri dari negeri cempat yang wajahnya tidak kalah cantik dengan dewi sari, putri raja cermain, penguasaan kerajaan gedah aliash kedah di malaysia., sehingga para istrinya yang lain diceraikan. Seluruh bekas istrinya diberikan kepada para adipatinya yang tersebar di seluruh nusantara untuk dinikahi. Karena dewi dwarawati tidak mau dimadu, sehingga para istri prabu wijaya harus mencerraikan istri-istrinya yang lain. Cerita sunan Ampel.

Salah satu istri prabu brawijya yang bernama dewi kian, seorang putri cina, diberikan kepada adipati ario damar di palembang. Saat itu, ia sedang hamil tiga bulan ketika diceraikan dan diberikan kepada ario damar. Sehingga ario damar tidak diperkenankan untuk menggauli putri cina itu sampai ji jabang bayi terlahir ke dunia. Bayi yang lahir dari rahim dewi kian itulah yang nantinya bernama raden hasan, atau yang lebih dikenal dengan nama raden patah, salah satu murid sunan ampel yang menjadi raja di demak bintoro.

Syekh ali rahmatullah diperkirakan lahir pada tahun 1420 M. Sebab, sebuah sumber sejarah menyebutkan bahwa ia berusia 20 tahun ketika berada di palembang pada tahun 1440 m. sebelum singgah ke jawa, ia memperkenalkan islam kepada raja palembang yang bernama Ario Damar pada tahun 1440 M. selama tinggal di majapahit, ia dinikahkan dengan nyai ageng manila atau dewi candrawati, putri prabu brawijaya; penguasa majapahit waktu itu. Sejak saat itu, ia pun semakin disegani masyarakat.

Kisah Kemrosotan Moral Bangsawan dan Rakyat di Majapahit


Cerita sunan Ampel – Kerajaan majapahit mengalami kemunduran setelah ditinggalkan maha patih gajah mada dan prabu hayam wuruk. KErajaan terpecah karena terjadi perang saudara dan para adipati banyak yang tidak setiap kepada prabu brawijaya. Banyak pajak dan upeti kerajaan yang tidak sampai ke istana majapahit. Sebab, semua itu lebih sering dinikmati oleh para adipati itu sendiri.

Hal tersebut membuat hati prabu brawijaya sedih, terutama terhadap kebiasaan buruk kaum bangsawan dan para pangeran yang suka berpesta pora, bermain judi dan mabuk-mabukan, ia sadar betul bila kebiasaan semacam itu diteruskan, maka dikawatirkan negara akan menjadi lemah, dan jika negara sudah kehilangan kekuatan, maka betapa mudahnya bagi musuh untuk menghancurkan kerajaan majapahit.

Ratu dwarawati, yang merupakan istri prabu brawijaya, mengetahui kegelisaan hati suamnya. dengan memberanikan diri, ia mengajukan kepada suaminya.

“Kanda prabu, agaknya para pejabat dan rakyat majapahit sudah tidak takut lagi kepada sang hyang widhi (Tuhan). Mereka tidak segan dan malu melakukan tindakann yang tidak terpuji. mereka suka berpesta pora, berfoya-foya, mabuk-mabukan, dan judi sudah menjadi kebiasaan mereka. Bahkan, para pangeran dan kaum bangsawan sudah mulai ikut-ikutan. Sungguh berbahaya bilamana hal ini dibiarkan terus menerus. Kerajaan bisa rusak karena hal tersebut, Kanda prabu,: Kata ratu dwarawati.

“Ya, hal itulah yang membuatku risau selama ini,” Sahut prabu brawijaya “Lalu, apa tindakan kanda prabu?” tanya istrinya

“Aku masih bingung,” kata sang prabu. Lanjutnya, “Aku sudah mengusahakan nuntuk menambah para guru agar mendidikan dan memperingatkan mereka, tapi kelakuan mereka masih tetap seperti semula. Bahkan para guru agama hindu dan budha itu dianggap sepele”

“Kanda prabu, saya mempunyai keponakan yang ahli dalam hal mengaatasi kemerosotan budi pekerti,” kata ratu dwarawati. “Batulkan?” tanya sang prabu

“Ya, namanya sayyid ali rahmatullah, putrai dari kanda dewi candrawulan di negeri cempa. Bila kanda berkenan, saya akan meminta ramanda prabu di cempa untuk mendatangkan ali rahmahatullah ke Majapahit ini”

Pada suatu haru, sesorang utusan diberagkatkan dari majapahit menuju negeri cempa untuk meminta asyyid ali rahmatullah datang ke majapahit. Adapun negeri cempa ini terletak di Muangthai. Kedatangan utusan majapahit disambut gembira oleh raja Cempa. Ia tidak keberatan melepas cucunya ke majapahit untuk meluaskan pengalaman. Tentu saja, keberangkatan sayyid ali ke tanah jawa tidan sendirian. Id juga ditemani oleh ayah dan kakaknya. Ayah sayyid ali bernama syekh maulana ibrahmi asmarakandi dan kakaknya bernama sayyid ali murtadho.

Menurut sebuah riwayat, mereka diduga tidak langsung singgah ke majapahit, melainkan mendarat di tubhan. Sebab, syekh maulana ibrahim asmarakandi jatuh sakit dan meninggal dunia di Tuban, tepatnya di desa gesikharjo, kemudian beliau dimakamkan di desa tersebut yang masih termasuk kecamatan palang, kabupaten Tuban.

Akhirnya, asyyid ali murtadho segera meneruskan perjalanan, ia berdakwah keliling daerah nusa tenggara, madura, hingga ke bima. di sana ia mendapat sambutan raja pandita bima. Dan akhirnya ia berdakwah di gresik, sehingga dikenal dengan sebutan raden santri. Ia juga wafat dimakamkan di gresik.

Sementara itu, sayyid ali rahmatullah meneruskan perjalanan ke majapahit untuk menghadap prabu brawijaya sesuai permintaan ratu dwarawati.

“Nanda rahmatullah, bersedikah engkau memberikan pelajaran atau mendidik kaum bangsawan dan rakyat majapahit agar mempunyai budi pekerj mulia?” tanya sang prabu. Dengan sikapnya yang sopan, sayyid ali rahmatullah menjawab “Dengan senan hati gusti prabu, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk mencurahkan kemampuan saya dalam mendidik mereka”

“Bagus, sahut sangat prabu. lanjutnya, “Jika demikian, aku akan memberimu hadiah sebidang tanah dan bangunannya di surabaya. Di sanalah kamu akan mendidik para bangsawan dan pangeran majapahit agar berbudi pekerti mulia”

“saya haturkan terima kasih gusti prabu ” jawab sayyid Ali rahmatullah.

Ali rahmatullah diberi hadiah tanah di ampeldenta, surabaya. Sejumlah tiga ratus keluarga diserahkan untuk dididik, lalu mereka mendidikan pemukiman di Ampel. Meski prabu wijaya menolak masuk islam. sayyid ali rahmatullah diberi kebebasan mengajarkan islam kepada warga majapahit dengan syarat tanpa paksaan. Sayyid ali rahmatullah inilah yang kemudian dikenal sebagai sunan Ampel.

Sayyid Ali Rahmatullah (sunan ampel) berangkat ke ampel

Pada hari yang ditentukan, berangkatlah rombongan sayyid ali rahmatullah ke ampel, Surabaya. Mereka berangkat dari trowulan, ibu kota majapahit, melewati Desa krian, wonokromo, berlanjut ke desa kembang kuning. di sepanjang perjalan ia terus melakukan dakwah.

Cerita Sunan Ampel – Ternyata, cara dakwah sayyid ali rahmatullah tergolong cukup unik karena membagi bagikan kipas yang terbuat dari akar tumbuhan kepada penduduk. Mereka cukup membalas dengan mengucapkan syahadat. Karena itu pengikutnya pun semakin hari semakin bertambah banyak. Sebelum tiba di ampel, ia membangun langgar (mushola) sederhana di kembang kuning, sejah delapan kilometer dari kota ampel di surabaya.

Sering perkembangan zaman, langgar ini menjadi besar, megah dan bertahan sampai sekarang, yang kemudian diberi nama masjid Rahmat. Sayyid ali rahmatullah setiba di ampel, maka langkah pertamanya adalah membangun masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah. Kemudian ia membangun pesantren mengikuti model maulana malik ibrahim di Gresik. Dan, bentuk pesantrennyamirip biara yang sudah dikenal masyarakat.

Sayyid ali rahmatullah memang dikenal memiliki kepekaan menyesuaikan diri. Caranya menanamkan akidah dan syariat sangat memperhatikan kondisi masyarakat. Misalnya, kata “Sholat” diganti “sembahyang” yang berasal dari kata “sembah” dan “hyang”. Tempat ibadah tidak dinamai mushola, tapi “Langgar: yang mirip kata “sanggar”.

Penuntut ilmu disebut santri yang berasal dari kata “shastri”, maksudnya adalah orang yang tahu buku suci agama hindu. Selain itu, setiap orang, baik bangsawan atau rakyat jelata, bisa nyantri kepada dirinya. Dari sinilah sebutan “Sunan Ampel” mulai disematkan kepadanya.

No comments :